Advertisment Image

Muswil Muhammadiyah: Riuh Kontestasi Elit

Makna Muswil tidak boleh dikerdilkan dengan keriuhan hanya pada pemilihan elit pimpinan saja dan kasak-kusuk siapa yang akan terpilih di jajaran 13 elit pimpinan. Jauh lebih penting dari itu semua adalah bagaimana Muswil bisa merumuskan keputusan penting organisasi untuk kepentingan keumatan dan kebangsaan. Pemilihan elit pimpinan Muhammadiyah harus mengedepankan sikap yang akhlakul karimah dan menjauhkan cara-cara menghalalkan berbagai cara demi mencapai ambisi dan tujuan. Terlalu mahal mengorbankan persyarikatan yang besar ini hanya untuk memenuhi ambisi pribadi atau kelompok. Muhammadiyah tidak boleh dijadikan seperti mendorong “mobil mogok”, setelah mobilnya hidup lalu pendorongnya ditinggalkan. Muhammadiyah juga tidak boleh dijadikan kendaraan hanya untuk mencapai kepentingan pribadi dan kelompok setelah kepentingan tercapai lalu Muhammadiyah ditinggalkan.

Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar bercorak modernis di negeri ini sudah tidak dapat disangsikan peran dan kontribusinya, baik dalam konteks kebangsaan maupun keumatan. Corak modernis Muhammadiyah ini telah menempatkan organisasi Islam ini sebagai kawah candradimuka peradaban, baik secara kultural maupun struktural. Perhatian Muhammadiyah dalam persoalan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial merupakan bukti nyata bahwa penyelesaian masalah keumatan tidak cukup dengan seruan narasi yang mengajak pada kebajikan saja, tapi harus diaktualisasikan dalam tindakan nyata membantu persoalan kehidupan umat. Oleh sebab itu dalam Muhammadiyah dikenal konsep tauhid sosial.

Tauhid sosial merupakan tauhid yang berfungsi sosial. Dalam pengertian, tatkala setiap Muslim bersaksi bahwa “Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,” maka dalam seluruh aspek kehidupan, ia tidak boleh melepaskan diri dari persaksian tersebut (Amien Rais, 1998: 141). Karena tidak jarang ditemui bahwa, mereka yang saleh secara ritual, tidak memberikan kontribusi apapun terhadap persoalan-persoalan sosial yang ada. Dengan demikian, tauhid sosial ini selaras dengan spirit sosial Islam, yang tertuang dalam al-Qur’an surat al-Maun, yang menegaskan bahwa, hanyalah pendusta agama semata bagi siapa saja yang menjalankan segala praktik ritual keagamaan, sementara mereka mengabaikan persoalan kemiskinan dan marginalisasi sosial.

Disamping dalam perjuangan politik dan kebangsaan, di Muhammadiyah juga dikenal gerakan Jihad Konstitusi sebagai bentuk perjuangan melawan segala bentuk regulasi negara yang bertentangan dengan kepentingan umat, bangsa dan negara melalui cara-cara yang konstitusional. Jihad konstitusi ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan amar makruf nahi munkar, tidak pernah mentolerir cara-cara kekerasan dan menghalalkan berbagai cara dalam perjuangan politik. Hal ini seharusnya menjadi pedoman seluruh warga Muhammadiyah dalam berlomba-lomba fastabiqul khairat.

Lanjuthal…3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *