Advertisment Image

Selamat Datang Airlangga

Reporter : Ersan
Editor : Dedi
www.tras.id – Ucok mengangkat telepon dengan nada tergesa-gesa. Ia mungkin sangat terkejut tumben-tumben saya menelpon. “Siap bos” tutur Ucok menyambut telepon saya. Beberapa minggu lalu kami sempat ngobrol ringan. Di tengah obrolan kami nibrung pula seorang petani yang baru saja menjual kelapa sawit. Ucok adalah kuli bongkar muat truk sawit di salah satu desa di Bengkulu Selatan. Lebih dari lima tahun profesi yang membutuhkan fisik macho itu Ia jalani.

“Ada apa bos” tanya Ucok melanjutkan telpon, “berapa harga sawit” timpal saya, “masih seribu dua ratus” Jawab Ucok diiringi irama kesal. Ia kemudian nyerocos menayakan informasi yang sebelumnya pernah saya kirim soal hasil rapat Pemprov Bengkulu pada Mei lalu yang menetapkan harga TBS Rp 2.675 per kilo. Ucok kemudian menagih janji itu, seolah-olah saya yang menentukan harga sawit. Sontak saja itu memancing pelajaran ilmu pejabat yang kerap saya dengar “Sebentar lagi naik, aman itu” saya bilang.

Teleponan itu saya sudahi, tak sampai 1 menit tapi cukup untuk mengetahui informasi nyata harga TBS di tingkat petani hari ini. Fluktuasi harga TBS di tingkat petani bukan dongeng. Nyata adanya. Uniknya tak satu pun pemangku kepentingan yang tegas. Rakor bersama para pemilik CPO atau agak ektrem menutup pabrik CPO yang nakal dan tak patuh. Lantas untuk apa rapat penetapan harga TBS? atau itu hanya gaga-gagahan saja? harga TBS ditetapkan terus bisik-bisik ke pemilik CPO “di lapangan atur saja bro.” Bukan prasangka tapi itu nyata, maaf salah, itu kira-kira.

Lantas kenapa Airlangga? Menteri Koordinator Bidang Pereknomian Republik Indonesia itu dijadwalkan tiba di Bengkulu besok, Sabtu, (25/06/2022). Airlangga lawatan ke Bengkulu dalam rangka menstabilkan harga sawit di Bengkulu. Ia akan menutup seluruh CPO yang tidak taat aturan, menertibkan mesin timbangan kelapa sawit yang ‘panasnya’ nggak ketulungan. Ia akan menjewer kuping para pejabat yang lalai, dinas perkebunan yang minim pengawasan.

Begitu Ia pulang harga sawit sudah stabil, petani sawit kembali seperti sediakala, cicilan para petani lancar, uang sekolah anak-anak mereka tanpa kendala, dapur kembali ngebul. Ucok yang tadi upahnya disunat gara-gara harga TBS turun kembali naik gaji. Istrinya senang, anak-anaknya kembali bisa jajan. Beres tuntas, “selesai pak presiden” kata Airlangga pas tiba di istana. Sayang itu ilusi, kedatangan Airlangga ke Bengkulu bukan untuk itu. Ia akan menjadi narasumber acara koalisi partai bernama “Koalisi Indonesia Bersatu”

Airlangga akan menjadi tokoh utama acara kongkoh-kongkoh elite parpol yang tengah bersiap menghadapai pemilu 2024. Airlangga yang juga menjabat ketua umum Partai Golkar akan memaparkan skenario merebut kekuasaan dengan startegi “dingin bak di bawah beringin, berapi-api bak matahari, mendadak soleh layakanya hendak menghadap kaabah.” Ia ke Bengkulu mungkin hanya rindu teriakan “Airlangga Presiden” walau hasil survey-nya masih dibawah rata-rata.

Sejak dilantik menjadi Menko Perekonomian, Airlangga belum sekalipun berkunjung ke Bengkulu. Ok pak tidak masalah! selamat datang di bumi rafflesia, tempat lahir penjahit sang saka merah putih. Provinsi berjuluk antonim dari kata kaya, tempat kepala daerah ‘langgganan’ KPK. Harga sawit itu di bawah koordinasi lembaga yang bapak pimpin, kami memang rindu bapak dengan kemeja berwarna putih bukan kuning, biru atau hijau. (*)

*Penulis Riki Susanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *