Advertisment Image

Menelusuri Kisah Sukses UMKM Sari Aren di Rejang Lebong : Raih Omset Ratusan Juta per Bulan!

Tenaga kerja sari Aren tengah memproduksi gula aren bubuk dengan mekanisasi, sehingga produksi lebih banyak dan higienis. (foto: Septia Agustina)

Reporter: Septia Agustina
Editor: Dedi HP

REJANG LEBONG, tras.id – Siapa yang tidak mengenal si manis gula aren yang kerap kali digunakan, untuk kebutuhan memasak di dapur. Meskipun gula aren biasanya dijual dalam bentuk batok, kali ini berbeda di Kabupaten Rejang Lebong. Salah satu produk UMKM di wilayah ini adalah gula aren bubuk yang hanya perlu diseduh dengan air panas.

Dengan nilai Indeks Glisemik (IG) gula aren yang sangat rendah, yaitu IG 35, penyerapan glukosa menjadi lebih lambat, sehingga pankreas tidak perlu melakukan banyak pekerjaan lagi. Mengganti gula putih dengan gula aren menurunkan kadar gula darah pada beberapa penderita diabetes. Hal ini karena nilai IG yang rendah membuat glukosa diserap dengan lebih lambat, yang berarti lebih banyak energi diproduksi dengan lebih lambat. Sangat aman untuk dikonsumsi karena dibuat tanpa bahan kimia. Banyak unsur farmakologi yang baik untuk tubuh, seperti Riboflavin, Thiamin, Niacin, Ascorbic Acid, Kalsium, dan lainnya, ditemukan dalam gula aren.

Menurut Embang Novianto, Ayahnya selaku Owner Sari Aren, Suparamanto, menciptakan produk gula aren semut ini karena masyarakat sekitar yang dominan dalam pengelolaan gula aren. Akhirnya Suparamanto membuat inovasi untuk membuat gula aren lebih praktis.

“Dengan inovasi bapak yang penuh tekad dan mau belajar, jadilah produk inovasi gula aren serbuk. Hal ini dilakukan supaya penggunaannya lebih praktis dan higienis, juga lebih tahan lama serta ramah lingkungan,” kata Embang

Proses pembuatannya pun menggunakan dua teknik, yakni manual dan teknologi. Pada proses pertama air nira milik petani diambil dan diolah hingga menjadi gula setengah jadi. Kemudian gula tersebut ditampung oleh UMKM Sari Aren untuk tahap selanjutnya, yakni penyortiran gula terbaik yang dapat dijadikan produk.

“Tidak semua gula yang disetor petani itu bisa dijadikan sari aren semut, hanya gula tertentu dan memiliki kualitas bagus,” tegasnya.

Produk Sari Aren tengah dikemas sebelum dipasarkan.

Gula kemudian dimasukkan ke dalam bagian perajangan dan akan dioven pada suhu 60 derajat Celcius selama kira-kira lima sampai enam jam. Setelah itu diayak untuk mendapatkan tekstur gula yang halus dan rata.

Barulah produk dikemas dan dijual dalam berbagai ukuran dan rasa. Ada pilihan kemasan dari kemasan sachet, kemasan 250 gram hingga 400 gram. Tidak diragukan lagi, Sari Aren memiliki berbagai rasa, termasuk bandreks, kopi, dan jahe.

Berkat kegigihan mereka membuat mereka menjadi lebih baik. Hingga sekarang mereka dapat menghasilkan delapan sampai sepuluh ton produk setiap bulan dan menghasilkan rata-rata kurang lebih dari Rp 120 juta per bulan.

Sejumlah besar orang di luar negeri telah menghubungi Embang untuk memenuhi kuota pengiriman barang ke luar negeri, Embang berharap usahanya dapat berkembang dan mencapai persaingan internasional.

“Semoga dalam waktu dekat kami bisa melakukan ekspor, untuk membantu juga masyarakat sekitar dalam memberikan lapangan kerja” ungkapnya.

Keyakinan pelanggan akan keinginan konsumsi mereka akan meningkat jika kualitas gula tetap terjaga. Perwujudan gula aren semut Rejang Lebong dengan harapan meningkatkan ekonomi pengrajin gula aren semut dan masyarakat sekitar serta memberikan kepuasan konsumen akan semakin dekat dengan penerapan strategi yang tepat dan komitmen bersama dalam pelaksanaannya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *