Advertisment Image

Omset Jutaan Per Hari dari Usaha Kopi Bubuk Lestari

Produk kopi bubuk Lestari mampu menembus pasar di seluruh Indonesia, bahkan saat ini telah memproduksi 1,4 ton lebih kopi. (Foto: Septia Agustina/tras.id)

Reporter: Septia Agustina
Editor: Dedi HP
REJANG LEBONG, tras.id –  Bisnis kopi bubuk saat ini menjadi tren di kalangan milineal, selain memiliki pangsa pasar yang tak pernah sepi, bisnis kopi juga menjanjikan penghasilan yang tak terbatas karena kopi menjadi komuditas yang paling digemari di dunia dengan varian produk olahannya.

Tak terkecuali bisnis kopi bubuk yang dijalankan anggota usaha UMKM Kopi Lestari, Supriyadi. Dengan mengusung merek dagang Kopi Lestari, Supriyadi saat ini mampu menjual 1,4 ton kopi ke seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, saat Festival Kepulauan Koi Indonesia (JakreatiFest) 2022, Kopi Lestari menjadi kopi terlaris kedua hingga terjual sebanyak 560 kilogram hanya dalam 3 hari.

“Untuk biji kopi kering atau green beans, setiap bulannya sekitar 600 kg produk kami kirim ke Jakarta, kemudian 200 kg  ke Kota Bengkulu. Setelah itu, 500 kg produk berupa green bean dan bubuk kopi ke Jakarta setiap bulannya, 60kg ke Palembang dalam bentuk kopi bubuk,” terang Supriyadi.

Kesuksesan Kopi Lestari tak terlepas dari binaan dan pendampingaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bengkulu sejak 2018. BI juga mensupport alat produksi seperti mesin roasting, mesin pulper (pengupas kulit buah kopi), mesin huller.

BI juga memberikan dukungan pembangunan gedung kering Badan Usaha Pertanian (BUMP) yang mengikutsertakan tiga kelompok tani di tahun 2019. Pembangunan gedung pengeringan kopi berlangsung di delapan lokasi yang tersebar di beberapa kelompok tani lainnya. Dan pada tahun 2023, mendapat dukungan berupa pembangunan rumah produksi.

Kopi Bubuk berkelanjutan tidak hanya meningkatkan produksi, namun juga peduli terhadap lingkungan. Mereka secara kreatif memanfaatkan limbah kulit kopi dan mengubahnya menjadi pakan ternak, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan.

Prestasi kopi bubuk lestari semakin dikenal dan diakui sebagai desa wisata pertama oleh GBWI. Produknya diterima dengan baik di pasar dan tersebar di 125 kios di berbagai daerah seperti Rejang Lebong, Lubuk Lingau, Tebing Tinggi, dan kota-kota besar seperti Bengkulu, Jakarta, Depok, Bekasi dan Tegal.

Kopi bubuk berkelanjutan berkembang pesat namun masih kesulitan mendapatkan pijakan di pasar ekspor. Tantangan terbesarnya adalah peraturan ekspor yang mengharuskan kadar air kurang dari 13 derajat Celcius, meski mayoritas kopi yang diproduksi masih memiliki kadar air sekitar 20 persen.

Terlepas dari semua keberhasilan dan tantangan tersebut, Kopi Bubuk Lestari tetap setia pada visinya untuk menjaga keberlanjutan kopi yang berkualitas kepada masyarakat setempat.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *