Advertisment Image

Kepala BNN RI Ingatkan FDR Sulut Tentang Bahaya Narkoba

Kepala BNN RI berfoto bersama dengan para peserta Forum Dialog Remaja (FDR) se Sulut. (foto: BNN RI)

Editor: Dedi HP
Sumber: Rilis BNN RI
www.tras.id – Kepala BNN RI, Petrus R Golose mengingatkan tentang bahaya narkoba pada kalangan remaja di Sulawesi Utara yang tergabung dalam Forum Dialog Remaja (FDR). Selain itu, kepala BNN RI juga memberikan motivasi pada peserta.

“Saya yakin kedepan di antara purna paskibraka akan ada pejabat bintang tiga. Saya dulu mendapat motivasi, sehingga saya bisa seperti ini menjadi Kepala BNN RI”, tambahnya saat memotivasi para peserta agar berprestasi dengan cara menjauhi narkoba.

Kepala BNN juga menyampaikan biografi singkatnya, pengalaman dan keberhasilan sehingga banyak mendapat tugas ke luar negeri oleh negara.

“Saya lulusan Akpol yang tidak pernah bertugas di Sulawesi Utara. Untuk itu, saat menjabat Kepala BNN, saya menggelar kegiatan di Sulut untuk memotivasi para generasi muda,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Kepala BNN menjelaskan, daya rusak narkoba sangat besar bukan hanya untuk diri sendiri melainkan keluarga dan masa depan.

“Narkoba lebih berbahaya dari terorisme. Aparat terjerat, polisi, tentara, bahkan jaksa. Narkoba dapat menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk kerusakan fungsi otak, HIV, bahkan disfungsi seksual juga bisa menyebabkan gangguan mental seperti skizofrenia,” tegasnya.

Ia menambahkan, potensi pasar narkoba sangat besar dengan jaringan yang begitu luas membuat banyak ditemukannya beberapa narkoba jenis baru.

“Jaringan internasional sangat besar. Jangan sampai menjaring para generasi muda”, tambahnya.

Dukungan modal oleh para bandar untuk pemasaran barang haram ini sangat luas, baik lewat jalur darat, laut dan udara.

Apalagi menurutnya Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas sehingga berpotensi masuk lewat jalur laut. Bahkan bandar juga telah beradaptasi dengan berbagai perkembangan teknologi untuk berdagang narkoba.

“Untuk teknologi mereka menggunakan dark web,” jelasnya.

Ia menolak tegas wacana pelegalan ganja sebagai kebutuhan medis. Sebab pajaknya belum tentu menguntungkan dan belum lagi dampak ketergantungan.

“Saya ingin generasi muda berkembang dengan berprestasi, untuk itu saya menolak,” tegasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *