Advertisment Image

Ibat Semende, Lambang Lelaki Pekerja Keras

Oleh : Agustam Rachman /Pengamat Sosial.

Ibat Semende adalah bekal nasi putih yang biasa dibawa orang suku Semende, Sumatera Selatan. Disebut Ibat Semende, karena bekal nasi ini luar biasa besarnya bahkan kalau untuk bekal 3 orang ukurannya bisa sebesar bayi umur sebulan.
Ibat Semende hanya berisi nasi putih dibungkus dengan daun pisang berlapis-lapis. Lalu dibungkus dengan kain misalnya handuk yang tujuannya supaya tetap hangat dan tidak cepat basi. Jika ditekan keras sekali karena memang nasinya dibuat sepadat mungkin. Tak ketinggalan cabe, garam, lalapan (jengkol atau petai) ditaruh di wadah lain misalnya tas kecil sebagai pelengkap Ibat Semende.
Masyarakat Suku Semende terkenal sebagai pekerja keras dan mayoritas hidup dari usaha pertanian.
Biasanya ibat Semende disiapkan untuk tujuan-tujuan khusus antara lain:
Zaman dulu mereka biasa pergi ke kebun menempuh perjalanan sampai 12 jam berjalan kaki makanya diperlukan bekal yang banyak untuk makan diperjalanan.
Orang suku Semende kalau berkebun tidak tanggung-tanggung, paling sedikit 5000 batang kopi setiap kepala keluarga, luas lahan untuk 5000 batang kopi itu sekitar 2,5 ha. Kebun itu akan diperluas jika anaknya-anaknya sudah masuk sekolah atau masuk perguruan tinggi.
Untuk kebun kopi yang hanya berisi 2500 batang kopi biasanya hanya untuk perempuan janda.
Ibat Semende sering juga dibawa saat masuk hutan berhari-hari untuk mencari hasil hutan seperti rotan.
Ibat Semende biasa juga dibawa saat ada acara gotong royong misalnya masuk hutan memperbaiki saluran air desa atau memperbaiki jembatan menuju kebun.
Saat sesi makan siang maka masing-masing akan mengeluarkan bekal nasinya (ibatnya). Bagi yang membawa bekal nasi ukuran kecil maka akan jadi tertawaan rekan-rekannya.
Sebab orang yang makannya sedikit akan dianggap pemalas atau tidak kuat bekerja.
Sementara bagi orang yang membawa ibat Semende yang isinya bisa mencapai 2 canting (0,5 kg) untuk sekali makan maka akan dipuji dan dihormati karena dianggap pekerja keras. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *