Advertisment Image

Tradisi Tumba, Pertanda Musibah Besar pada Suku Haji

Oleh :
Agustam Rachman, MAPS
Penulis Budaya, Menetap di Yogyakarta

Tahun 1960 terjadi geger, karena adanya peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Khatib Danau yang menikam Ghiya Mantan (Mantan Kepala Desa) di Desa Sukarena Marga Haji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan.

Pembunuhan itu sangat mengejutkan masyarakat karena selain dilakukan dengan cara sadis juga karena pelaku dan korbannya adalah tokoh masyarakat di desanya.

Malam gelap sekitar pukul 21.00 WIB korban menuruni tangga sepulang menghadiri acara do’a, saat kakinya menapak tanah ternyata Khatib Danau sudah menunggu dibawah, secepat kilat pisau cap garpu langsung ditikamkan ke dada kiri Ghiya Mantan yang dikenal sebagai guru Silat yang tersohor sampai ke daerah Kisam itu.

Cerita lain menyebutkan bahwa Ghiya Mantan juga kebal senjata tajam tapi malam itu na’as baginya , dia terbunuh di tempat kejadian. Peristiwa itu diduga dilatarbelakangi dendam.

Tak lama hujan deras turun, tidak ada orang yang berani mengangkat mayatnya sampai besok pagi polisi datang untuk olah TKP.

Kejadian itu langsung membuat geger warga, malam itu beritanya langsung menyebar dengan cepat sampai ke desa-desa lain di Marga Haji.

Walaupun belum jelas beritanya tapi ketika mendengar bunyi Getuk yang iramanya tidak putus, maka tanpa dikomando para lelaki dewasa di desa lain seperti Kota Agung, Sukabumi, Karang Pendeta, Surabaya, Kuripan, Peninggiran, Tanjung Raya dan Sukarami langsung membunyikan Getuk (sejenis kentongan besar diameter 40 cm, yang diletakkan di samping mesjid dan dipukul dengan alu seperti orang menumbuk padi).

Sampai pagi para lelaki bergantian memukul Getuk tersebut.

halaman berikutnya….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *