Advertisment Image

Soal Pemikiran Panji Gumilang, Ini Kata Islah Bahrawi

Tokoh NU asal Madura, Islah Bahrawi saat menjadi narasumber di salah satu stasiun televisi. (sumber foto: twitter @islah_bahrawi)

Editor: Dedi HP
BENGKULU, tras.id – Menanggapi kontroveri pemikiran pimpinan pondok pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang, tokoh NU asal Madura yang juga getol menyuarakan toleransi dalam bergama dan keyakinan, Islah Bahrawi buka suara.

Melalui cuitannya di twitter dengan akun @islah_bahrawi , ia menuliskan Panji Gumilang telah mengutak-atik prinsip dasar dalam agama, yakni keimanan. Pendapat Panji yang menyatakan Al-Quran bukan “Kalamullah” secara langsung atau tidak langsung, secara cepat atau lambat, akan mendevaluasi keimanan umat Islam yang meyakini pemikirannya. Terlebih lagi, Panji Gumilang memiliki lembaga pendidikan yang melibatkan puluhan ribu santri, alumni dan wali santri.

“Jika pemikiran dia yang saya anggap mendevaluasi nilai keimanan Islam ini dibiarkan, maka potensi untuk mengkontaminasi ratusan ribu orang lainnya dengan skeptisisme semodel ini akan menjadi keniscayaan. Kitab Suci dalam suatu agama adalah katarsis keimanan tertinggi terhadap agama itu sendiri. Jika tidak percaya bahwa Al-Quran bukan wahyu dari Tuhan, tentunya sama saja dengan tidak lagi percaya dan tidak mengimani Islam. Jika tidak percaya bahwa Alkitab adalah wahyu Tuhan, tentunya umat Kristiani sama saja dengan tidak percaya lagi terhadap ajaran agama Kristen. Demikian seterusnya,” tulis Islah.

Maka keyakinan bahwa kitab suci adalah seutuhnya merupakan wahyu Tuhan, akan menjadi penting bagi kadar keimanan terhadap suatu agama.

“Karena itulah saya menganggap, pemikiran Panji Gumilang dalam konteks ini telah mengusik nilai-nilai sakralitas dan keimanan dalam Islam. Dan sekali lagi, dia adalah “berhala” di dalam sebuah lembaga pendidikan besar dengan puluhan ribu santri dan alumni.” tulisnya lagi.

Islah juga menuliskan silakan berbeda dalam perbedaan Fiqih (hukum), tapi jangan pernah mendevaluasi nilai-nilai Aqidah (iman). Silakan melibatkan diri dalam hal-hal yang Furu’iyah (beda pendapat), tapi jangan pernah merusak intimasi Muamalah (hubungan antar umat manusia).(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *