Advertisment Image

Teguh Santosa: Indonesia Bisa Merajai Pasar Global

Editor: Dedi HP
Foto: JMSI Jabar
www.tras.id – Ketua umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa menilai Indonesia bisa merajai pasar global melalui optimalisasi sumber daya yang ada. Hal itu ia ungkapkan saat berdiskusi bersama ketua KADIN Jabar, Cucu Sutara.

“Jika jeli melihat peluang sungguh Indonesia bisa merajai pasar global,” ungkap Teguh.

Ia juga menjelaskan beberapa strategi peningkatan produktifitas nasional, salah satunya adalah kualitas SDM untuk memahami prosedur ekspor impor.

Menurutnya, saelain memberikan pelatihan dan pendampingan, kata dosen hubungan internasional UIN Jakarta ini, pemerintah juga perlu lebih sistematis dan konsisten dalam mengintegrasikan produk-produk koperasi serta UMKM ke dalam global chain.

Menciptakan lebih banyak pelaku wirausaha dan mendorong para pengusaha menciptakan cabang industri baru berbasis inovasi agar produk-produk Indonesia lebih beragam dan memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif juga menjadi strategi yang dapat ditempuh.

“Oleh karena itu, saya titip agar anggota JMSI Jabar diberi kesempatan belajar entrepreneurship dari Pak Cucu dan rekan-rekan di KADIN Jabar,” ujar Teguh yang juga Wakil Sekjen bidang Luar Negeri dan Investasi Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).

Sementara itu, Cucu menguraikan berbagai produk unggulan dari Jawa Barat yang berpotensi menembus pasar internasional. Mulai dari produk tekstil, holtikultura, hingga produk-produk berbasis teknologi.

“Kemarin saya bersama Menteri Perdagangan (Zulkifli Hasan) melepas ekspor benang produksi Sumedang ke lima negara,” kata dia.

Cucu mengakui bila hingga kini daya saing banyak produk tekstil Indonesia masih kalah dari negara-negara pesaing.

“Bayangkan kita memproduksi satu produk dengan modal 10. Jika ditambah margin tentu dijual 15. Sementara pesaing kita bisa menjual dengan dengan harga 10,” ungkapnya.

Selain masalah struktur industri, ujar Cucu, masih banyak masalah kebijakan dan isu sosiologis yang membuat industri di tanah air tidak efesien.

“Makanya wajar jika banyak pengusaha lebih memilih jadi pedagang daripada industrialis,” sebutnya.(*/rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *