Advertisment Image

Pekan Ini, IHSG Berpeluang Menguat

Pembukaan jam perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). (foto: dok/tras)

Editor: Dedi HP
JAKARTA, tras.id – Menurunnya Personal Consumption Expenditure (PCE) Amerika Serikat pada Mei lalu diprediksi berdampak positif terhadap laju IHSG pada pakan ini. IHSG diperkirakan menguat dengan support di rentang 6.622-6.562 dan resistance di 6.717-6.744.

Melansir IpotNews (3/7/23) praktisi pasar modal yang juga pengajar pada program Magister Ekonomi Atma Jaya dan Trisakti, Hans Kwee, mengatakan data ini menjadi acuan penting bagi the Fed.

Menurutnya, berdasarkan data, The Fed dapat mengurangi tekanan agresif, meski pelaku pasar menduga tetap ada kenaikan 25 basis poin pada pertemuan bulan ini.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS mengatakan, PCE menyusut menjadi 3,8% secara tahunan pada periode Mei. Ini penurunan yang signifikan dari 4,3% di April.

Sebagian besar perlambatan disebabkan penurunan tajam harga energi dan pangan pada tingkat yang lebih rendah. Namun PCE inti, tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, hanya sedikit melambat ke tingkat tahunan sebesar 4,6% dari 4,7% pada bulan sebelumnya yang menunjukkan inflasi tetap membandel di banyak wilayah.

Sebagai catatan, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 500 basis poin sejak Maret 2022 menjadi 5-5,25%. Suku bunga saat ini sudah menyamai rekor pada 2006 dan tertinggi setelah Januari 2001 (5,5%).

The Fed menargetkan inflasi AS bisa ditekan ke kisaran 2%. Target tersebut masih dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2023 yang tercatat 4% (y-o-y). Sebetulnya inflasi AS sudah konsisten melandai selama 11 bulan beruntun sejak mencapai level tertinggi 9,1% pada Juni 2022.

Selain itu, data pertumbuhan ekonomi AS kembali direvisi pada Kamis (29/6). Hasilnya menunjukkan peningkatan PDB di level tahunan 2% pada kuartal I-2023, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,3%. Angka tersebut juga di depan 1,4% yang diperkirakan  Dow Jones.

“Ini memperbesar kemungkinan perekonomian AS selamat dari resesi dan membangkitkan kembali minat pada aset aset berisiko,” ujar Hans.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *