Advertisment Image

Satrio Dwi, Balap, Entrepreneur & Dunia Hijrah

Satrio Dwi naik podium saat memenangkan kejuaraan road race.  (foto: dokumen Satrio Dwi)

Oleh : Agustam Rachman, MAPS
Pemerhati Sosial dan Budaya

Perawakannya besar dengan tubuh yang tidak begitu tinggi, senyum tak lepas dari wajahnya seolah menjadi ciri khas sosok Satrio Dwi.

Pertama mengenalnya tahun 2020, ketika penulis mencari bahan per jeep willys untuk bahan pisau. Oya, per jeep willys termasuk barang langka saat ini.

Setelah mendapat nomor WA-nya penulis segera menghubungi Dwi, tanpa menunda waktu penulis bersama Samsul Ariffin, SH dan Aprinaldi, SH (keduanya Advokat di Bengkulu) segera meluncur ke rumahnya di Jalan Pepaya Lingkar Timur Kota Bengkulu.

Di rumahnya, penulis melihat bermacam barang dagangannya antara lain ikan hias, ikan toman dan tentunya beragam pisau hand made berbagai ukuran yang berkwalitas bagus.

“Alhamdulillah, tiap hari ada saja yang membeli pisau ini, yang paling ramai saat menjelang Idul Adha,” ujar Dwi bercerita.

Kalau ikan hias pembelinya dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak SD sering mampir ke rumahnya. Wajar jika banyak yang membeli sebab harga yang tawaran Dwi jauh lebih murah dari pedagang pada umumnya.

“Usaha ini saya namai Palugada singkatan dari Apa Lu mau Gua Ada”, ujar Dwi sambil tersenyum.

“Pokoknya apapun saya jual termasuk bermacam batu cincin”, tambahnya.

BALAPAN MOTOR

Di kalangan pembalap road race atau drag bike Bengkulu nama Dwi cukup terkenal. Wajar saja, sebab Dwi mulai terjun ke dunia balap sejak kelas 3 SMP tahun 2002.

Hobi balap motor berlanjut sampai Dwi kuliah di jurusan Administrasi Negara Fisip Universitas Bengkulu.

“Sudah lebih 30 kali saya turun ke arena balap, saya pernah juara roadrace kelas 2 tak 110cc, kelas 2 tak 130cc. Pertama kali juara kelas 2 SMA tahun 2004″, ujar lelaki kelahiran 28 Juli 1988 dari pasangan Drs. H. M. Haitami-
HJ. Wirastuti ini berkisah.

Yang namanya hobi memang sulit untuk ditinggalkan. Tahun 2019 yang lalu Dwi kembali turun ke arena balap di kelas exrider untuk usia 35 tahun keatas.

Dwi juga hobi touring, bahkan perjalanannya sudah sampai titik nol Sabang Aceh dengan mengendarai NMAX pada tahun 2017. Tahun 2019 pernah juga sendirian keliling pulau Jawa sampai Kota Malang, Bromo, sampai Suramadu Surabaya. Dwi juga menjadi Ketua Umum Max Riders Bengkulu (Club NMAX) tahun 2017-2018.

Waktu kuliah tahun 2007 Dwi sempat terpengaruh ikut balap liar dan menang taruhan sampai 3 juta rupiah.

“Sampai sekarang jika ingat pernah ikut balap liar, saya sangat menyesal, semoga Allah mengampuni dosa saya, pesan saya kalau ingin balapan sebaiknya melalui arena balap yang resmi”, ujar Dwi ketika berbincang melalui telepon dengan penulis.

MENIKAH DAN HIJRAH

Suatu sore di bulan Januari 2016 bertempat di warung “Pempek 99” di jalan Salak di depan Bank Mandiri Lingkar Timur. Secara tak sengaja Dwi berkenalan dengan seorang gadis, Susi Selvia yang kemudian menjadi pendamping hidupnya.

“Waktu itu saya sibuk balapan dan touring makanya tidak sempat mengenal perempuan atau istilahnya pacaran”, ujar Dwi terkekeh.

14 April 2018 Dwi menghalalkan hubungannya dengan Susi. “Maharnya cincin berlian, harganya 12 juta rupiah, bersyukur sekali saya punya tabungan, cincin itu saya beli di Yogyakarta,” ujar Dwi.

Kebahagiaan pasangan ini semakin lengkap ketika setahun kemudian lahir buah hati mereka yang diberi nama Sarah Alesha tepatnya tanggal 13 April 2019. Tahun 2020, dengan banyak pertimbangan dan setelah meminta nasehat orang tua, pasangan ini memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan merintis usaha sendiri.

Sebelumnya Dwi bekerja di ACC Astra Credit Companies, FIF Car Financing, PT. Olympindo dan PT. Jtrust Olympindo. Sementara istrinya bekerja di PT. Arta Buana, PT. Lautan Berlian (Mitsubishi), dan Bengkulu Ventura.

“Pilihan resign merupakan pilihan yang terbaik, kami ingin merintis usaha sendiri dengan berdagang sebagaimana nabi Muhammad SAW contohkan, soal rezeki inshaAllah ada saja nantinya,” ujar Dwi bercerita.

Selain berdagang di rumah dan juga melayani pembelian secara online, Dwi juga menjadi mitra pos Lion Parcel yang melayani pengiriman atau ekspedisi barang. Relasi dan teman yang banyak saat masih bekerja di berbagai perusahaan sangat membantu kelancaran bisnis jasa ekspedisi ini.

Soal hobi motor tetap tidak ditinggalkan, tapi tentu dengan perubahan orientasi, saat ini Dwi bergabung dalam komunitas Bikers Moslem Bengkulu. Salah -satu aktifitasnya adalah pembagian nasi pada hari Jum’at atau lebih dikenal dengan Jum’at Berkah.

Setiap minggu rata-rata mereka membagikan 75 nasi bungkus untuk kaum miskin misalnya pemulung, pengemis atau panti asuhan bahkan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa)

Nasi bungkus tersebut mereka bagikan dengan berkeliling menggunakan sepeda motor.

“Selain diambil dari zakat mal saya, beberapa orang rutin membayar zakat mal melalui program Jum’at Barkah yang kami kelola, jika ada yang ingin berbagi rezeki dalam program ini bisa menghubungi ke nomor HP atau WA saya 0823-8021-1184”, ujar Dwi menutup pembicaraan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *