Editor: Dedi HP
Foto: MC Pemkot Bengkulu
www.tras.id- Aktor yang juga seorang sutradara Reza Nangin ternyata punya impian untuk menggarap sebuah film tentang kearifan lokal Bengkulu.
Impiannya tersebut sepertinya akan segera diwujudkan. Karena itu, saat ini Reza dan timnya sedang berada di Kota Bengkulu untuk menggarap sebuah film pendek yang mengangkat kearifan lokal Kota Bengkulu.
“Tujuan besar kami adalah ingin mengenalkan setiap kota yang ada di Indonesia, bahwa sebegitu indah dan menariknya kearifan lokal dan pariwisata yang kita miliki, pada kesempatan ini Bengkulu yang pertama,” kata Reza Nangin.
Ungkapan itu dia sampaikan pada acara Bengkulu Talkshow yang didampingi rekan Yohana Elizabeth (Ketua Yayasan Bentang Merah Putih) di BE TV baru-baru ini. Turut hadir dalam talkshow itu Novi Aryansyah (Ketua Parfi, Bengkulu).
“Ini pertama kali saya ke Bengkulu. Di Jakarta macetnya panjang, tapi disini pantainya yang Panjang,” canda Reza.
Sementara Yohana Elizabeth menjelaskan, kedatangan mereka membuat film ingin mengangkat kearifan lokal.
“Kita tahu kota ini memiliki banyak sejarah, di dalamnya terdapat alam yang indah serta masyarakat yang ramah menyenangkan. Kami ingin sekali mengangkat ini ke nasional hingga dunia internasional,” jelas Yohana.
Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Bengkulu Novy Aryansyah mengatakan ini sangat membanggakan sekali.
“Bisa dibilang Parfi Kota Bengkulu saat ini, hidup segan mati tak mau. Banyak perusahaan yang ingin mengangkat film tentang Bengkulu tapi gagal, teman-teman pasti tahu di Bengkulu ada Fort Marborough, benteng terbesar setelah Madras di India, monggo kami titipkan pada teman-teman, saya yakin film yang diangkat dari Bengkulu memiliki nilai jual yang tinggi,” kata Aryansyah.
Merespon Ketua Parfi Bengkulu, Yohana Elizabeth mengatakan sangat mengharapkan dukungan dari semua masyarakat Bengkulu tidak hanya Parfi, juga sineas lokal, dan para budayawan untuk bersama-sama mewujudkan ini.
“Nantinya komunitas yang terlibat, kami berharap bisa bergerak lagi. Berlomba dari hati karena lahir di Bengkulu, besar di Bengkulu, dan ingin berkarya untuk Bengkulu, kami ingin melihat kebangkitan generasi ini. Kami hanya jembatan, kami tidak bisa berada di sini, tidak juga bisa berjalan dengan baik, kalau tidak didukung oleh semua,” tutur Yohana.
Nantinya menurut Reza, para aktor yang terlibat berasal dari sineas lokal Kota Bengkulu sendiri.
“Tim dari Jakarta mungkin hanya 3 orang saja, lalu bekerja sama dengan sineas lokal untuk mewujudkan film ini. Karena kami tidak ingin istilahnya nyampah. Kita ingin membangun dan bergandengan, jadi ketika film ini selesai, kita bisa bilang “ini film kita”, karena memang goal besarnya kita ingin setiap orang di Indonesia hingga dunia tahu bahwa sebagus itu Indonesia, makanya kami tidak bisa mengerjakan ini sendiri, yuk bareng-bareng kita garap” harap Reza.
Reza bercerita pada awalnya sempat blank, apa yang bisa diangkat dari Kota Bengkulu. Namun setelah bertemu banyak pihak, salah satunya Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan dan para tokoh masyarakat di Kota Bengkulu, akhirnya Reza menemukan budaya musik Dol sepertinya menarik untuk diangkat.
Reza selaku Sutradara film membocorkan sedikit tentang bagaimana film yang akan digarap bersama sineas lokal kota Bengkulu nantinya.
“Balutan ceritanya mungkin tentang kehidupan keluarga yang sangat erat kaitanya dengan keluarga di Bengkulu, keluarga yang sejak dahulu berdedikasi tinggi pada pembuatan alat musik Dol, karena secara budaya yang ingin kita angkat adalah budaya Dol, diluar dari panoramic, lukisan, gambar, rumah Bung Karno, Benteng Marborough. Di dalamnya kami ingin sisipkan nilai sejarah, sisi konflik yang dialami hampir semua keluarga Bengkulu juga. Bisa dibilang film ini inspire by true story,” pungkas Reza.(*)