Situasi pasar Panorama Bengkulu, para pedagang meluber ke badan jalan sehingga tak jarang menyebabkan kemacetan parah. (foto: dok)
Reporter: Andreas
Editor: Herwan Saleh
BENGKULU,- Masalah utama Kota Bengkulu adalah tata kota yang mana didalamnya termasuk masalah pemukiman, banjir, penataan pasar, ancaman macet, dan lingkungan hidup. Kemudian masalah sosial kemasyarakatan seperti tingkat kejahatan, kerukunan, dan kemiskinan. Selanjutnya pelayanan publik seperti tata kelolah birokrasi, layanan kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Penataan pasar masuk dalam masalah krusial yang harus segera dicarikan solusi karena selalu menjadi sorotan publik setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Demikian kata Benny Suharto saat mengawali idenya tentang penataan pasar di Kota Bengkulu jika diamanahi menjadi wali kota untuk 5 tahun mendatang. Benny memimpikan penataan pasar yang lebih modern dengan tidak menghilangkan karakter pasar sebagai pusat perekonomian tradisional.
“Kadang-kadang kita itu sering salah obat, sakitnya apa yang dikasih apa. Saya menyederhanakannya begini, pasar atau ruang publik itu adalah soal kenyamanan dan keamanan. Kalau keyword-nya sudah kita pegang tinggal lagi mau eksekusi atau tidak” kata Benny.
Kota Bengkulu, kata Benny setidaknya memiliki 5 pasar utama yakni Pasar Panorama, Pasar Minggu, Pasar Pagar Dewa, Pasar Bentiring, dan Pasar Barukuto. Kelima pasar ini memiliki karakter dan masalah yang berbeda sehingga penataanya harus menggunakan treatmen yang berbeda. Namun, yang harus segera dan mendesak dicarikan solusi adalah masalah Pasar Panorama, Pasar Minggu dan Pasar Barukuto. Selain terletak di tengah kota, ketiga pasar ini adalah pasar terbesar di Kota Bengkulu.
“Saya jujur saja miris melihat kondisi pasar kita, jauh dari kata baik apalagi modern. Baik dari sisi penataan pedagang, infrastruktur maupun kelembagaan. Pasar Panorama itu terletak di jantung kota tapi kondisinya sangat memperihatinkan sama seperti Pasar Minggu. Pasar modern itu bukan berarti harus punya gedung bertingkat, ber-AC atau punya lift, modern yang saya maksud adalah modern dalam kapasitas fasilitas, regulasi dan kelembagaan sehingga pedagang dan konsumen itu nyaman dan aman. Kalau sekarang kondisinya bisa dilihat sendiri” kata Benny
Pertama sambung Benny, peningkatan infrastruktur seperti fasilitas kebersihan dan sanitasi. Menyediakan tempat sampah yang mencukupi, sistem pengelolaan limbah, serta toilet umum yang bersih. Hal ini penting untuk menjaga kebersihan pasar dan kenyamanan pedagang dan pengunjung. Mengembangkan sistem drainase yang baik untuk mencegah genangan air, terutama di pasar Panorama dan Pasar Minggu yang sering mengalami masalah banjir saat musim hujan. Membangun fasilitas keamanan keamanan pasar dengan memasang CCTV, menyediakan pos keamanan, dan melibatkan petugas keamanan untuk mengawasi aktivitas di pasar.
Kemudian perencanaan zonasi pasar dengan desain yang ramah dengan pedagang dan konsumen. Mengatur zona pasar berdasarkan jenis produk, misalnya memisahkan stan untuk pedagang bahan makanan segar, pakaian, dan elektronik. Zonasi tidak hanya dilakukan di dalam pasar namun juga antar pasar. Zonasi membantu meningkatkan keteraturan dan memudahkan konsumen dalam berbelanja. Menata kawasan lahan parkir yang memadai dan mengatur lalu lintas di sekitar pasar untuk mengurangi kemacetan.
“Nah kalau fasilitasnya sudah ok, infrastruktunya sudah bagus, sudah tidak becek lagi kita tidak perlu repot-repot mengerahkan Satpol PP menertibkan pedagang. Mereka dengan sadar akan masuk dengan sendirinya tanpa harus dipaksa. Demikian pula sebaliknya pembeli atau konsumen nyaman ketika berkunjung. Ini sebenarnya sangat sederhana dan sudah banyak contoh di daerah lain, tinggal kita adopsi dan modifikasi, disesuiakan dengan kondisi kita dan yang terpenting harus segera dieksekusi” kata Benny.
Penataan pasar kata Benny harus berkelanjutan. Setelah menuntaskan masalah utama fasilitas, tata kelolah pedagang dan infrastruktur, tahun berikutnya pasar harus lebih ditingkatkan menjadi lebih modern.
Penataan pasar harus memiliki konsep yang terintegrasi seperti pasar dengan wisata. Konsep pasar terintegrasi dibutuhkan untuk branding agar bisa menarik lebih banyak konsumen. Selain sebagai pusat perekonomian, pasar juga menjadi ikon sebuah kota. Seluruh konsep penataan tersebut harus melibatkan peran komunitas seperti pedagang, organisasi pedagang, dan masyarakat.
“Ini bentuk kolaborasi dan partisipasi dalam penataan pasar. Partisipasi komunitas penting agar program penataan dapat berjalan secara berkelanjutan. Pedagang dan konsumen harus dilakukan pembinaan agar mereka berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban pasar. Tugas pemerintan adalah menegakan aturan dengan tegas, membuat regulasi yang akomodatif, melakukan pengawasan dan evaluasi serta menjamin infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Secara keseluruhan saya menawarkan konsep Partisipasi, Regulasi dan Modernisasi” kata Benny. (*)