Advertisment Image

Citrus Watch Edukasi Petani Rejang Lebong Kendalikan Hama dan Penyakit Jeruk

Citrus Watch Squad: Tim PKM DPPM Unib 2025 bersama Petani Mitra dari Kelompok tani Pemuda Rukun. (foto: tim PKM DPPM Unib)

Reporter: Dedi HP
Editor: Dedi HP

REJANG LEBONG,- Produksi tanaman jeruk di Kabupaten Rejang Lebong terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan pada tahun 2022, Rejang Lebong hanya mampu memproduksi jeruk 23.355 ton dari sebelumnya mencapai 30.239 ton. Dari data yang dirilis BPS Tahun 2024,  produktivitas jeruk per pohon di Rejang Lebong turun dari 237,32 kg/pohon pada tahun 2022 menjadi 188,30 kg/pohon pada tahun 2023.

Kondisi ini mendapat perhatian serius dosen Universitas Bengkulu (Unib) dari Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui program pengabdian kepada masyarakat kompetitif nasional skema Pemberdayaan  Kemitraan Masyarakat (PKM), Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi. Tim PKM DPPM tersebut turun langsung ke kebun petani jeruk, melakukan pendampingan dan edukasi pada para petani dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman jeruk secara terpadu.

Tim PKM DPPM Citrus Watch yang diketuai oleh Dr. Yenny Sariasih, S.P., M.Sc dari Progam Studi Proteksi Tanaman, yang dibantu dengan anggota tim Dr. Sempurna Ginting, S.P., M.Si  dan Alimansyah, S.IP., M.PA. Kelompok mahasiswa terdiri dari Ivana Maharani Putri, Rofen Diantara, dan Deka Apriyadi dari Program Studi Proteksi Tanaman, Universitas Bengkulu. Selain itu, juga menggandeng mitra dari kelompok petani milenial “Pemuda Rukun”, yang selama ini menjadi penggerak utama budidaya jeruk rakyat di kawasan hortikultura Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

BACA JUGA : Dosen Unib Gelar PPM Penguatan Literasi dan Kelembagaan Desa Wisata di Sri Kuncoro

Tanaman Jeruk Terjangkit CVPD

Dari identifikasi awal yang dilakukan tim Citrus Watch, menurunnya produktivitas tanaman jeruk di Rejang Lebong disebabkan meningkatnya serangan hama dan penyakit, termasuk penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) atau Huanglongbing (HLB) dan lalat buah.

“Berdasarkan hasil identifikasi molekuler menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain reaction), kami menemukan adanya tanaman positif CVPD atau HLB di salah satu kebun petani di Desa Suku Menanti, Kabupaten Rejang Lebong. Ini merupakan identifikasi molekuler pertama yang mengkonfirmasi adanya penyakit CVPD/HLB di Provinsi Bengkulu,” jelas ketua tim PKM DPPM Citrus Watch, Yenny Sariasih didampingi Alimansyah dan Sempurna Ginting.

Selain itu, vektor penyakit CVPD/HLB yaitu kutu loncat, dengan nama latin Diaphorina citri terpantau cukup tinggi populasinya di wilayah tersebut, meski ketinggian lokasi kebun di atas 800 meter. Karena berdasarkan literatur yang ada, habitat kutu loncat berada di dataran rendah yang bersuhu cenderung panas bukan di dataran tinggi yang bersuhu dingin.

“Keberadaan vektor penyakit CVPD ini cukup mengkuatirkan usaha perkebunan jeruk di Bengkulu yang sedang giat dikembangkan karena penyakit CVPD telah menghancurkan banyak perkebunan jeruk di Indonesia, seperti kebun jeruk siam di Purworedjo dan kebun jeruk di Bali,” tambah Yenny.

Gelar Edukasi dan Pendampingan Teknis

Tim Citrus Watch bergerak cepat dengan melaksanakan berbagai kegiatan edukasi dan pendampingan teknis mulai September hingga Desember. Para petani mitra dilatih mengenal hama dan penyakit melalui buku saku. Tim juga melakukan pendampingan dalam pemasangan yellow trap (perangkap kuning lembaran) untuk memantau populasi hama dan vektor penyakit, hingga pemasangan perangkap lalat buah dengan atraktan di enam kebun petani mitra yang berada di dua desa, yaitu Desa Sumber Urip dan Desa Karang Jaya, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

“Pelatihan dan pendampingan akan terus dilakukan hingga Desember nanti, sampai petani bisa mandiri menerapkan pengendalian hama secara terpadu di kebun jeruk mereka,” imbuh Yenny.

Tak hanya itu, tim PKM DPPM Citrus Watch juga membantu para petani menanam 100 bibit jeruk sehat dengan sistem tumpang sari, penggunaan pupuk kandang dan pupuk hayati biofosfat yang mengandung mikroba bermanfaat. Dengan cara budidaya yang benar, diharapkan tanaman jeruk tumbuh dengan baik dan lebih tahan penyakit.

Serah terima bibit jeruk sehat, yellow trap lembaran, perangkap lalat buah dan buku saku dari Tim PKM DPPM Unib 2025 kepada petani mitra “Pemuda Rukun”. (foto: tim PKM DPPM)

BACA JUGA : PiLur Sleman Potret Demokrasi Akar Rumput di Era Digital

Populasi Hama Mulai Turun

Petani juga dilatih melakukan monitoring populasi hama dengan mencatat jumlah serangga yang terperangkap dan melaporkannya secara berkala pada papan pemantauan yang telah disiapkan oleh tim PPM DPPM. Kegiatan pemantauan pada semua perangkap yang dipasang dilakukan sebanyak empat kali selama program berlangsung.

Hasil awal menunjukkan adanya tren penurunan populasi hama dan vektor di kebun mitra, sekaligus meningkatkan kesadaran petani terhadap pentingnya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang dimulai dengan penggunaan bibit bebas penyakit, monitoring rutin populasi hama dan vektor di lahan, serta dapat mengurangi penggunanan pestisida sintetik.

“Program ini bukan hanya mengurangi serangan hama dan insidensi penyakit pada tanaman jeruk, tapi juga menanamkan kesadaran bahwa pertanian jeruk yang sehat dan berkelanjutan harus dimulai dari petani itu sendiri,” tambah Yenny.

Ia berharap melalui Citrus Watch, para petani dapat lebih siap menjaga kebun jeruk mereka secara mandiri, sekaligus berkontribusi terhadap pengurangan penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis.

“Dalam jangka panjang, inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, menjaga ekosistem daratan, serta memastikan keberlanjutan produksi jeruk di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu,” ungkapnya.

Tim pengabdian juga mengucapkan terima kasih pada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi yang telah mendanai kegiatan ini melalui kontrak turunan dari LPPM Universitas Bengkulu nomor : 5059/UN30.15/PM/2025.(*)

Yellow trap lembaran dan perangkap lalat buah yang dipasang di kebun petani mitra. (foto: tim PKM DPPM Unib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *