Terlepas dari banyaknya korban dari peristiwa yang didalangi PKI dari tahun 1948 sampai puncaknya tahun 1965, kita juga tidak boleh menampikkan bahwa pasca peristiwa G30S/PKI telah terjadi tragedi kemanusiaan yang diduga menewaskan hampir 1 juta orang.
Rezim orde baru sepertinya mendapat “legitimasi” dan “mandat” politik untuk melakukan pembersihan terhadap siapa saja yang dituding pengikut, keluarga, antek, dan simpatisan yang berafiliasi ke PKI. Akibatnya, diduga jutaan orang terbunuh, ditangkap, diasingkan, dan mengalami kerja paksa secara keji tanpa proses peradilan dan tanpa ruang untuk melakukan pembelaan diri.
Tidak itu saja rezim orde baru, melalui berbagai kebijakan dan instrumen kekuasaan terus melakukan tindakan diskriminatif dan pelanggaran HAM terhadap keluarga dan orang yang dituduh berafiliasi dengan PKI. Melalui kebijakan “Litsus” dan “Bersih Diri” berapa banyak orang yang harus menderita karena dituduh dengan tuduhan yang tidak mereka lakukan, tetapi “dicap” dengan stigma PKI.
Terhadap kejadian ini, kita juga harus jujur dan obyektif bahwa mereka yang selama ini dituduh dan dikait-kaitkan dengan PKI juga menjadi korban terbesar dari tragedi sejarah kelam bangsa ini, serta bukan hanya keluarga jenderal yang tewas dalam peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Di sinilah mungkin bangsa ini dan semua pihak harus “berdamai” dengan tragedi memilukan ini, dan saling memaafkan dan melupakan apa yang sudah terjadi sehingga tidak ada lagi dendam sejarah sesama anak bangsa. Mari kita menatap ke masa depan dengan tanpa bermaksud untuk melupakan apa yg sudah pernah terjadi. Berlarut dalam konflik dan dendam sejarah, selain kontraproduktif juga membuat polarisasi yang semakin tajam antar anak bangsa.
Kepada semua pihak mari sudahi “mempolitisasi” isu PKI untuk tujuan politik dan kepentingan kelompoknya. Mempolitisasi isu sensitif ini, selain akan menimbulkan kegaduhan juga berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat. Bangsa ini sudah harus keluar dari perdebatan yang kontraproduktif kalau ingin maju dan mengejar ketertinggalan. Negara lain sudah berpikir bagaimana membangun peradaban baru umat manusia di planet mars sana, kita masih ribut persoalan PKI.
Kalo pun benar ada sebagian orang yang masih gandrung dengan romantisme dengan pemikiran ideologi komunisme, tidak perlu ditakutkan secara berlebihan alias fobia. Toh ideologi ini sendiri sudah bangkrut dan cita-citanya melawan takdir sejarah dan zaman. Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur dam sebagian Amerika Latin sebagai “mbah” nya ideologi komunisme sudah bubar dan tidak laku lagi.
Kok, kita masih meributkan soal komunisme yang mirip “hantu” yang tidak jelas wujudnya dan PKI yang merupakan “kutukan” sejarah bangsa ini. Kalo pun Cina masih dianggap sebagai representasi komunisme, toh sejauh ini sebagai ideologi simbolik saja. Dalam prakteknya Cina sendiri menganut kapitalisme dan liberalisasi ekonomi yang bertentangan dengan tesis komunisme.
lanjut hal…3